Selasa, 19 Oktober 2010

Spirulina...

SPIRULINA
Spirulina merupakan tumbuhan air mikroalga (Cyanobacteria) berbentuk spiral, bersel satu yang telah ada sejak 3.5 milyar tahun yang lalu dan telah dikonsumsi oleh suku Aztec kuno di Mexico sejak 5 abad yang lalu. Terdapat ± 2000 jenis Spirulina di dunia, dari berbagai penelitian diketahui bahwa spirulina dari species platensis dan strain Pacifica merupakan spirulina yang aman untuk dikonsumsi dan memiliki nilai gizi yang tinggi. 
Klasifikasi Spirulina menurut Bold & Wyne (1978) dalam Pamungkas (2005) adalah sebagai berikut :
                        Kingdom                     : Protista
Divisi                           : Cyanophyta
Kelas                           : Cyanophyceae
Ordo                            : Nostocales
Famili                          : Oscilatoriaceae 
Genus                          : Spirulina
Spesies                        : Spirulina sp.
Spirulina merupakan mikroorganisme autrotrof berwarna hijau-kebiruan dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix), sehingga disebut alga biru-hijau berfilamen (cyanobacterium) (Richmond 1988 dalam Pamungkas 2005). Bentuk tubuh Spirulina sp yang menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirulina sp hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas (Richmond 1988 dalam Pamungkas 2005)
Spirulina, ganggang biru hijau ini ditemukan pada air payau yang bersifat alkalis. Salah satu spesies Spirulina telah lama dikonsumsi sebagai bahan pangan di daerah Afrika. Bahkan pada abad ke-16, bangsa Astec Indian ditemukan sebagai pengguna Spirulina yang merupakan sumber protein utama dan ternyata kemudian ditemukan mengandung berbagai vitamin (Angka dan Suhartono 2000).
 Ada beberapa spesies Spirulina yang telah ditelaah secara baik. Spirulina yang tumbuh di Meksiko dikenal sebagai Spirulina maxima, dan di Afrika Spirulina platensis. Spirulina maxima terlihat sebagai benang filamen bersel banyak dengan ukuran panjang 200-300 dan lebar 5-70 mikron. Suatu filamen dengan 7 spiral akan mencapai ukuran 1000 mikron dan berisi 250-400 sel (Angka dan Suhartono 2000).
Bila ditinjau dari segi keamanan pangan dan faktor kesehatan, Spirulina bebas dikonsumsi manusia. Studi di berbagai negara oleh berbagai badan internasional selama bertahun-tahun telah melaporkan konfirmasi efek toksisitas negatif, studi ini meliputi uji teratogenesis pada tikus. Pada saat ini, di negara-negara Asia timur, konsumsi tepung Spirulina meluas contohnya sebagai bahan sup, salad dan dalam bentuk pil pangan kesehatan (Angka dan Suhartono 2000).
Manfaat Spirulina
Dari jurnal berjudul ”Activation of the human innate immune system by Spirulina: augmentation of interferon production and NK cytotoxicity by oral administration of hot water extract of Spirulina platensis”, pengamatan dikhususkan pada fungsi Spirulina sebagai bahan pengaktif sistem imunitas bawaan manusia. Yang akan dimanfaatkan untuk mencegah pertumbuhan sel kanker dan infeksi virus. Untuk dapat mengetahui aktivitas molekul dalam sistem imunitas manusia dilakukan analisa menggunakan sel darah relawan sebelum dan setelah diberikan ekstrak Spirulina. Penelitian inipun menjelaskan tentang fungsi NK yang ditandai dengan produksi IFN gamma dan cytolisis yang meningkat pada lebih dari 50% subjek penelitian.
Spirulina dapat mengatasi sel kanker karena mampu menghasilkan faktor alfa, menurut Ali Khomsan Alfa merupakan zat kimia yang paling baik menggempur sel tumor. Mekanisme lain, tumbuhan itu mengandung polisakarida yang mampu memperbaiki  sintesis kode gen DNA. Spirulina juga meningkatkan aktivitas enzim inti sel sehingga membuat DNA dalam kondisi baik dan sehat. Menurut Dr Oetjoeng, pada kasus kanker, Spirulina berperan mengontrol pH darah karena tingkat keasaman darah penderita kanker sangat rendah sekitar 5,7-6,3 padahal idealnya 7,3. oleh karena itu, Spirulina dapat meningkatkan pH darah karena bersifat basa (Trubus 2006). 
Dalam buku Bioteknologi Hasil Laut dijelaskan bahwa Spirulina dapat menjadi panganan sehat yang siap dikonsumsi dengan beragam khasiat yang dimilikinya.
Berikut daftar nilai nutrisi protein yang terkandung dalam Spirulina.
Protein Spirulina kering dapat mencapai 72% dengan kandungan asam amino yang cukup seimbang, kecuali asam amino sulfur yang sedikit defisien. Kandungan vitaminnya tinggi terutama vitamin B12. Nilai kecernaan pada tikus dilaporkan sebesar 84% dengan nilai NPU 61 dan nisbah keefisienan protein 2,3% (pada kasein 2,5%). Kandungan asam nukleat pada produk kering hanya 4,1%. Nisbah asam nukleat dan proteinnya rendah dibandingkan dengan sumber protein mikroba. Karena itulah Spirulina dapat dikonsumsi langsung oleh manusia tanpa penghilangan /pengurangan kandungan asam nuklet (proses ini harus dilakukan apabila kita ingin mengkonsumsi protein mikrobe) (Angka dan Suhartono 2000).
Pada umumnya, kekurangan protein nabati dalam tumbuhan disebabkan protein ini biasanya terikat dengan senyawa lain seperti lignoselulosa yang sulit dicerna  atau senyawa toksik seperti tanin, yang akan menurunkan nilai kecernaan protein tersebut. Pada Spirulina, dinding selnya terbuat dari senyawa mukoprotein dan bukan dari lignoselulosa. Pada ganggang ini juga tidak dijumpai senyawa lainnya yang menyulitkan pencernaan (Angka dan Suhartono 2000).
Sifat-sifat fungsional protein Spirulina juga dapat mengimbangi sifat fungsional protein lain sehingga kemungkinan pemakaiannya dalam berbagai industri pengguna protein patut diperhitungkan. Spirulina telah dianalisis dan ditemukan kaya akan asam lemak tak jenuh, salah satu jenis utama adalah asam linolenat yang mencapai 20% total lipida (Angka dan Suhartono 2000).
Sebagai pangan kesehatan, Spirulina tidak dapat dijadikan sebagai sumber steroid/vitamin. Namun demikian, selain kandungan proteinnya, komponen yang lain masih dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan. Setelah proses ekstraksi protein, bagian yang tersisa dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia : fikosianin, berbagai enzim, klorofil, karoten, dan xantofil (Angka dan Suhartono 2000).  
Phycocyianin merupakan pigmen yqng paling efisien dalam menangkap radiasi matahari dan menggunakannya dalam proses fotosintesis. Dari berbagai penelitian terbukti bahwa phycocyanin bermanfaat untuk menstimulasi kerja sel batang pada sum-sum tulang, berperan dalam produksi sel darah putih, berfungsi meningkatkan imunitas tubuh, serta sel darah merah, yang berfungsi mengedarkan oksigen keseluruh tubuh. Ketika, sel sumsum tulang belakang mengalamikerusakan akibat radiasi atau bahan kimia beracun, Phycocyanin masih mampu meningkatkan produksi sel darah putih.
Phycocyanin juga mampu meningkatkan aktivitas limfosit yang bekerja memelihara kesehatan organ tubuh, mencegah atau melawan kanker, pendarahan wasir, luka borok dan penyakit lainnya. Selain itu Phycocyanin juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang membersihkan radikal bebas penyebab berbagai kanker, mencegah penyumbatan pembuluh darah akibat oksidasi kolesterol jahat LDL, antiradang dan pelindung sel otak.
Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki, usaha budidaya Spirulina mulai  banyak dikembangkan. Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak dengan air asin dan alkalis merupakan salah satu keunggulan ganggang ini, Spirulina dilaporkan hidup baik pada keadaan kandungan khlorida sampai 14000mg/l (1,4%) dan pH optimum 8,5-9,5. lingkungan pertumbuhan dalam hal ini harus eimbang. Ion magnesium biasanya tidak boleh terlalu tinggi. Oleh karena itulah air laut tidak cocok sebagai media pertumbuhan karena kandungan magnesium yang tinggi. Senyawa karbondioksida diketahui beraksi secara kimia dengan medium alkalis sehingga meningkatkan penggunaan gas CO2. hal ini yang mendorong pertumbuhan Spirulina yang efisien dan produktif. Pada lingkungan optimum, Spirulina tumbuh secara optimal pada suhu 30-35°C (Angka dan Suhartono 2000).
Produksi Spirulina pada dasarnya meliputi penumsuhan ganggang, pemanenan, pencucian, pengeringan, dan penyimpanan produk. Ukuran Spirulina cukup besar sehingga dapat dipisahkan dari medium filtrasi sederhana. Di negara berkembang seperti Chad Amerika, pemisahan Spirulina cukup dilakukan dengan menggunakan kain penyaring sederhana. Hal ini merupakan salah satu keunggulan Spirulina dibandingkan dengan mikroorganisme sebagai sumber protein nonkonvensional (Angka dan Suhartono 2000).
Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari maupun dengan alat pengering modern. Pengeringan ”spray” memberikan hasil yang cukup memuaskan dan secara umum tidak berakibat buruk terhadap kandungan gizi Spirulina, demikian juga dengan jenis pengeringan ”roller”. Penyimpanan Spirulina cukup mudah, karena tidak mudah terfermentasi (Angka dan Suhartono 2000).
Berbagai Produk Mikroalga
Jenis Produk
Contoh
Mikroalga
Metabolit
Gliserol
Betakaroten
Glikolat
Asam Amino
1,3-Diaminopropan
Asam Akrilat
Berbagai Alga
Antibiotik
Chlorelin (anti bakteri)
Gallotanin (anti viral)
Terpene (anti bakteri)
Aponin (anti alga)
Malynogolida (anti fungal)
Chlorella
Spirogyra
Comphosphaeria japonica

Lyngpya majuscula
Toksin
Microcystin
Anatoksin
Aplisiatoksin
Mycrocystis aeruginosa
Anabaena flos-aque
Nostoc muscorum
Inhibitor enzim
Anti amilase
Anti protease
Anti glukosidae
Berbagai Alga
 Spirulina Pasifica
Spirulina Pasifica diproduksi oleh Cyanotech Corp di Hawaii, USA yang merupakan produsen mikroalga pertama di dunia yang mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2000. Jika dibandingkan dengan Spirulina yang dibudidayakan ditempat lain, Spirulina Pasifica yang dibudidayakan di Hawaii memiliki lebih banyak keunggulan.
Manfaat Spirulina Pasifica:
Berguna untuk meningkatkan kekebalan antikanker, antivirus, prebiotik, menurunkan kolesterol, gula darah, kegemukan, menjaga hati dan ginjal, serta menetralisir logam berat dan radiasi, mengatasi anemia, meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit, mempercepat proses penyembuhan dari sakit, membantu meningkatkan metabolisme energi tubuh, membantu meningkatkan fungsi pencernaan, baik untuk masa pertumbuhan anak, meningkatkan kecerdasan dan ketajaman penglihatan pada anak-anak, sebagai suplementasi ideal untuk orang sehat dan diet.
8 Alasan Mengapa Spirulina Pasifica Merupakan yang Terbaik di Dunia:
1. Superior Strain
Jenis terbaik yang diproduksi oleh Cyanotech Corp di Hawaii, USA
2. Bebas Polusi
Hawaii merupakan tempat yang tepat untuk pembiakan Spirulina karena bebas polusi dan matahari bersinar lebih lama yaitu selama 18 jam/hari.
3. Mineral dari Darat dan Laut
Air yang digunakan berasal dari air laut dengan kedalaman 20000 kaki dan air dari gunung berapi yang kaya akan mineral
4. Teknologi Pengolahan
Diproses dengan teknologi tinggi: Ocean Chill Drying and Cold Tableting. Menggunakan suhu rendah dalam proses pengeringan dan tableting untuk melindungi zat gizi dari kerusakan selama pemrosesan. Kualiti kontrol dilakukan melalui 15 macam pengujian untuk menghasilkan Spirulina yang berkualitas
5. Terbersih di Dunia
Peralatan produksi yang bersih dan bebas dari bahan cemaran
6. Bebas Garam
Pencucian 3 kali dengan air bersih untuk menghilangkan kandungan garam, sehingga menghasilkan Spirulina Pasifica yang bebas garam
7. Serifikat Organik
Memperoleh sertifikasi sebagai makanan organik pada tahun 1990
8. Sertifikasi Halal
Memperoleh sertifikat dari IFANCA sehingga halal untuk dikonsumsi
Spirulina Pasifica telah mendapatkan sertifikat dari:
ISO 9002, Badan POM, GMP (Good Manufacturing Practice), Sertifikat Halal dari IFANCA, Sertifikat GRAS (General Recognized As Safe) dari FDA (Food and Drug Department) USA, Drug Control Authority Malaysia.
Manfaat Spirulina Pasifica:
1. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Spirulina Pasifica mengandung Phycocianin, klorofil dan Polysacarida yang membantu meningkatkan aktifitas unsur-unsur antibodi untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun parasit, sehingga tubuh memiliki daya tahan yang lebih kuat.
2. Superfood
Spirulina Pasifica kaya akan zat gizi, mengandung lebih dari 80% protein nabati, Vitamin B Kompleks, Vitamin A dan E, asam lemak esensial, mineral dan pigmen alami. Zat gizi dalam Spirulina berguna untuk melengkapi kecukupan gizi yang diperlukan oleh manusia setiap hari.
3. Menyehatkan Darah
Spirulina Pasifica mengandung klorofil, Vitamin B12, asam folat dan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah. Konsumsi Spirulina Pasifica secara teratur akan mencegah terjadinya anemia (kurang darah)
4. Antioksidan Alami dan Anti Kanker
Polusi, stress, sinar matahari, bahan-bahan kimia, dll merupakan sumber radikal bebas. Di dalam tubuh, radikal bebas yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai kerusakan fungsi organ. Spirulina Pasifica mengandung Antioksidan seperti Selenium, Vitamin E, enzyme SOD yang dapat memperkecil resiko kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Phytonutrien dalam Spirulina (betakaroten, klorofil, xanthofil, phyocianin) merupakan anti kanker alami.
5. Detoksifikasi
Klorofil di dalam Spirulina Pasifica akan bekerja untuk membersihkan dan membuang toksin (racun) yang berasal dari bahan pengawet makanan, obat-obatan, cemaran air dan bahan-bahan kimiawi yang menumpuk didalam darah. Klorofil juga berguna untuk mengurangi aroma tubuh yang tidak sedap.
6. Memperbaiki Sistem Pencernaan
Spirulina Pasifica memiliki Protein Efficiency Ratio yang sangat tinggi, sehingga lebih cepat diserap tubuh. Dinding sel nya terbuat dari protein, polysacarida dan enzyme serta tidak memiliki selulosa sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.
Phycocyanin sebagai antioksidan untuk kesehatan hati dan ginjal, sangat sulit ditemukan pada makanan lainnya.
Chlorophyll sebagai anti racun dan anti kanker.
Zeaxanthin sebagai antioksidan untuk mata dan otak.
Beta Carotene sebagai antioksidan untuk kulit, mata, sistem kekebalan, sumber vitamin A paling aman.



Komposisi Spirulina Pasifica:
Kandungan protein Spirulina à 3 kali lebih tinggi daripada daging sapi
Kalsium Spirulina à 6 kali lebih tinggi daripada susu
Zat besi Spirulina à 100 kali lebih tinggi daripada bayam
Klorofil Spirulina à 20 kali lebih tinggi daripada gandum
Vitamin B12 Spirulina à 4 kali lebih tinggi daripada hati sapi
Betakaroten Spirulina à 25 kali lebih tinggi daripada wortel
Vitamin B1 Spirulina à 16 kali lebih tinggi daripada ikan sardin atau 8 mangkuk nasi
Vitamin B2 Spirulina à 4 kali lebih tinggi daripada kentang
Vitamin B3 Spirulina à 8 kali lebih tinggi daripada buah lemon
Vitamin B6 Spirulina à 4 kali lebih tinggi daripada asparagus
GLA (Gamma Linolleic Acid) Spirulina à 3 kali lebih tinggi daripada bunga Primrose
KOMPOSISI :
Protein             56-62%
Karbohidrat     17-20%
Lemak             5-7%
Mineral            8-12%
Kadar Air        4-8%

ASAM LEMAK
Gamma Linoleic Acid             24mg

VITAMIN dan ENZIM
Vitamin A                               15.030IU
Vitamin B1 (Thiamin)             73mcg
Vitamin B2 (Riboflavin)         109mcg
Vitamin B (Niacin)                 449mcg
Vitamin B6                             14mcg
Vitamin B12                           2.34mcg
Vitamin E (d-a tocopherol)     106mcg
Inositol                                    1.74mcg
Biotin                                      0.97mcg
Asam Folat                              1.6mcg
Asam Pantotenat                     13.8mcg
Superoxide dismutase (SOD)
Antioksidan enzyme activity  2450unit

PHYTONUTRIENT
Cholorophyll                           21mg
Phycocianin                             200-350mg
Beta Carotene                         7.8mcg

MINERAL
Mineral Makro           
Kalsium                                   8.8mg
Kalium                                                59mg
Natrium                                   53.2mg
Phospor                                   30mg
Magnesium                              12.8mg

Mineral Mikro
Besi                                         1.64mg
Zinc                                         53mcg
Selenium                                 12.5mcg
Mangaan                                 118mcg


Sumber: PT luxor

Daftar Pustaka              :
Angka ST dan Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor
Pamungkas E. 2005. Pengolahan limbah cair PT. Pupuk Kujang dengan Spirulina pada reaktor curah (Batch). Bogor : Program studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Trubus no.442, Edisi September 2006





Tidak ada komentar:

Posting Komentar